" Gantunglah azam dan semangatmu setinggi bintang di langit dan rendahkan hatimu serendah mutiara di lautan "

Friday, March 4, 2011

Pandangan Islam, Buddha, Dan Kristian Terhadap Pendidikan

SALAM...

i just wanna share dis note with all of u..
dis is the independent self learning (ISL) 4 subject EDU 3101 (Falsafah & Pendidikan di Malaysia) 
  

Pandangan Islam, Buddha, Dan Kristian Terhadap Pendidikan

Pandangan Islam Tentang Pendidikan

 Pandangan Islam tentang pendidikan dapat dirumuskan Bahawa belajar merupakan perintah utama dari agama Islam, hal ini tercermin pada ayat yang pertama sekali diturunkan dalam surat al 'Alaq ayat 1-4.Ertinya: Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah menciptakan, yakni telah menciptakan manusia dari  segumpal darah, Bacalah dengan nama tuhanmu yang Maha Mulia, yang telah mengajarkan dengan pena, yakni telah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Membaca juga menjadikan sesesorang itu banyak pegetahuan disamping  menguatkan mental, dengan membaca juga menjadikan pemikiran dan daya kreatif individu mantap. Membaca merupakan satu cara mewujudkan sistem perhubungan dan sosial, kerana dengan membaca membolehkan kita mengetahui budaya masyarakat lain.

Ilmu dan orang berilmu sangat dihargai dalam Islam. Pandangan Islam terhadap ilmu bukan hanya terkandung dalam ajaran tetapi juga terbukti dalam sejarah, terutama sejarah klasik Islam. Dalam al Qur'an disebutkan bahawa orang mu'min yang berilmu dilebihkan derajatnya (Q/58:11). Mereka juga diberi gelar ulu al albab, ulu an nuha, ulu al abshar, dan zi hijr.(Q/39:9, Q/59:2, Q/20:54). Memilih ilmu berbanding harta adalah merupakan keputusan yang tepat dan menguntungkan, baik secara moral mahupun material. Ketika Nabi Sulaiman ditawarkan Allah SWT untuk memilih ilmu, harta atau kekuasaan, Sulaiman memilih ilmu, dan dengan ilmu maka ia kemudian memperoleh harta dan kekuasaan. Ali bin Abi Talib pernah berkata bahwa ilmu bisa menjagamu, sedangkan harta, engkaulah yang harus menjaganya. Harta jika diberikan kepada orang lain maka harta itu  berkurang, tetapi ilmu semakin kerap diberikan kepada orang justeru semakin bertambah. Hadis Riwayat Al turmizi ada menceritakan bahawa “barang siapa memilih jalur ilmu maka Allah akan memudahkan jalan baginya ke syurga” dalam hadis yang lain pula ada menerangkan “Kelak di akhirat, manusia tidak akan terlepas sbelum dipertangungjawabkan empat hal,
(1) tentang umurnya, untuk berbuat apa saja, 
(2) tentang masa mudanyya untuk mempersiapkan apa saja, 
(3) tentang ilmunya, seberapa jauh ia mengamalkannya, dan 
(4) tentang harta, darimana ia memperoleh dan untuk apa harta itu digunakan. Orang 'alim yang tidak mengamalkan ilmunya, secara moral dosanya lebih besar dibanding orang kafir (yang memang tidak memiliki ilmu). Orang 'alim yang tidak mengamalkan ilmunya, akan disiksa lebih dahulu (di akhirat) sebelum   siksaan bagi penyembah berhala

Pendidikan harus diorientasikan ke masa depan, untuk membantu dan mengantisipasi perkembangan akan datang. Islam memandang ilmu sebagai suatu yang amat penting, kerana dengan berilmu manusia akan diangkat darjatnya oleh Allah s.w.t. islam juga menyuruh umatnya supaya mendidik anak-anak mereka ketika masih kecil lagi.


Pandangan Budha

Ilmu pendidikan berasal dari bahasa Latin yaitu Paedagogus yang berarti pemuda yang bertugas mengantar anak ke sekolah serta menjaga anak agar bertingkah laku susial dan disiplin. Perbuatan mendidik disebut paedagogi, sedangkan pendidik disebut paedagog dan ilmu pendidikan disebut paedagogiek.
Menurut Prof.Dr.N.Driyarkara, ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah tentang realitas yang disebut mendidik dan dididik. Pemikiran ilmiah bersifat kritis, metodis dan sistematis.

DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN
Sang Buddha adalah guru para dewa dan manusia (Satta Deva Manussanang). Sebagai seorang guru, Sang Buddha mengajar para dewa dan manusia dengan berbagai macam ilmu dengan tujuan untuk membebaskan mereka dari penderitaan. Penderitaan bersumber pada keinginan rendah (tanha).

Keinginan (tanha) tergantung pada faktor lain yang mendahuluinya. Dalam rumusan sebab musabab yang saling bergantungan (paticcasamuppada), Buddha menempatkan di urutan pertama kebodohan (avijja). “Yang lebih buruk dari semua dosa adalah kebodohan. Kebodohan merupakan dosa yang paling buruk. Para bhikkhu, singkirkan dosa inidan jadilah orang yang tidak melakukan dosa” (Dhp.243).
Belajar merupakan jalan satu-satunya untuk dapat membebaskan diri dari kebodohan. Sang Buddha juga menjelaskan pentingnya belajar dalam kehidupan manusia. “Orang yang tidak mau belajar akan menjadi tua seperti sapi; dagingnya bertambah tetapi kebijaksanaannya tidak berkembang” (Dhp. 152).

Makna dan Tujuan Pendidikan
Selaras dengan tujuan untuk membebaskan manusia dari penderitaan yang disebabkan oleh kebodohan, pendidikan adalah salah satu jalan untuk mencapainya. Pendidikan adalah penerusan nilai, pengetahuan, kemampuan, sikap dan tingkah laku; yang dalam arti luas pendidikan merupakan hidup itu sendiri (dan belajar itu seumur hidup), sebagai proses menyingkirkan kebodohan dan mendewasakan diri menuju kesempurnaan. Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk mendorong seseorang belajar dan bertanggungjawab, mengembangkan diri atau mengubah perilaku, sehingga bermanfaat bagi kepentingan individu dan masyarakat (Materi Pelatihan Pandita Penatar MBI, 2001: 1).
Tujuan umum pendidikan tak berbeza dengan tujuan penyebaran agama sebagaimana yang diamanatkan oleh Buddha kepada enam puluh orang arahat. Mereka mengembang misi atas dasar kasih sayang, demi kebaikan, membawa kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan bagi orang banyak (Vin.I,21). Karena mendatangkan kebaikan ini, memiliki pengetahuan dan ketrampilan merupakan berkah utama (Sn II, 4).
Namun, perlu diingat bahwa ajaran agama Buddha dalam mencapai kebenaran tertinggi kebangkitan dari kebodohan untuk mencari pengetahuan penuh , tidak didasarkan pada kemajuan intelek akademis. Penerimaan ajaran itu dalam praktekyang menuntun para pengikut kepada penerangan sempurna dan tujuan akhir – Nirvana (A Peng: 1990: 7).
Kebenaran terakhir juga tidak memerlukan merek agama, agama hanyalah rakit untuk mengantar ke tujuan. sang Buddha memberikan analogi melalui perumpamaan dalam Alagaddupama Sutta (M.I,22) dengan mengumpamakan Dhamma sebagai rakit yang tidak perlu harus dipikul karena telah berjasa menyeberangkan seseorang.

DASAR PSIKOLOGIS PENDIDIKAN
Manusia dilahirkan dengan harkat dan martabat yang sama. Buddhisme memandang, setiap orang dilahirkan dengan pembawaan baik dan buruk. Namun pembawaan itu bukanlah suatu takdir yang tidak dapat dirubah lagi, pembawaan itu dapat berubah karena adanya pengaruh dari lingkungan. Lebih jauh lagi ditunjukkan bagaimana perbuatan pada saat sekarang dapat meniadakan akibat dari perbuatan (karma) lampau. Dengan demikian, pendidikan merupakan suatu cara untuk mengubah pembawaan manusia.
Teori-teori pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli berbeza-beza karana mereka memandang pendidikan dari berbagai sudut pandang. Teori pendidikan, kaitannya dengan perkembangan anak.

Pandangan Kristian

Yesus Kristian merupakan Mahaguru yang menyampaikan segala agama Kristian lebih daripada dua tahun, kemudian diambil alih oleh rasul-rasul (apostles), dan wali-wali (saintis).
Tanggapan peranan serta citra guru adalah membimbing dan membantu murid-murid mereka melengkapi diri dengan yang sedang mereka cari tetapi tidak sepenuhnya. Melindungi murid-murid mereka daripada kumpulan-kumpulan pengaruh negatif atau ajaran-ajaran sesat;
Menunjukkan arah yang tepat agar murid-murid mereka berpeluang menjumpai jalan yang benar dan betul berpandukan ajaran kitab-kitab suci namun tetap diberi kebebasan; dan Memberi dorongan yang wajar agar dapat meningkatkan pencapaian anak-anak murid dari segi pencarian ilmu kerohanian 


2 comments:

  1. tq 4 da notes nu-u......hihihi=)

    ReplyDelete
  2. trimas for this note..gonna copy for isl tq

    ReplyDelete